Mengenal Sosok Pelatih Steve Kerr yang Berdarah Juara

Mengenal Sosok Pelatih Steve Kerr yang Berdarah Juara Nama pelatih Steve Kerr kian melambung setelah Golden State Warriors sukses merengkuh juara NBA 2015 usai mengalahkan Cleveland Cavaliers di game kelima dengan skor 105-97 di Quicken Loans Arena, Rabu (17/6/2015). Kerr mampu memecehkan kutukan terhadap Warrior selama 40 tahun sebelumnya. Warriors yang membungkam Lebron James dkk di depan pendukungnya sendiri, berhasil merebut empat kemenangan dalam enam pertandingan final yang menggunakan sistem best of seven. Trofi juara yang terakhir digenggam Warriors pada 1975 lalu, akhirnya kembali ke pelukan Stephen Curry dkk. Kerr menjadi sosok utama yang berjasa dalam kemenangan tersebut. Meskipun ia baru dalam menjalani karirnya sebagai seorang pelatih, namun darah juaranya mampu ia tularkan sebagai seorang pelatih kepada anak didiknya. Seperti diketahui, Kerr memang memiliki prestasi gemilang saat masih menjadi pemain di lapangan. Steve Kerr pernah membela enam tim besar sejak memulai kariernya di NBA musim 1988. Diawali dengan berseragam Phoenix Suns, pelatih berusia 49 tahun itu menutup kariernya di San Antonio Spurs. Dalam kurun 15 tahun aktif sebagai pemain, pria bernama lengkap Stephen Douglas Kerr itu sudah menyabet lima kali juara. Tiga di antaranya bersama Chicago Bulls, serta dua kali bersama San Antonio Spurs. Kerr juga jadi pemain kebanggaan tim basket Universitas Arizona yang jadi tempatnya menimba ilmu soal basket sebelum bergabung dengan Phoenix Suns. Lima musim berseragam Arizona, nomor punggung 25 milik Kerr dipensiunkan kampusnya dan jadi salah satu dari lima nomor yang tak boleh digunakan lagi. Sepak terjang Kerr di dunia basket memang terbilang lengkap sejak masih berstatus mahasiswa, pemain hingga menjadi pelatih. Menyamai raihan Pat Riley sebagai rookie pelatih yang membawa Lakers juara 1982 silam, tak salah Steve Kerr terpilih sebagai pelatih All Star NBA 2015. Tak banyak para pemain yang akhirnya sukses menjadi pelatih seperti Kerr. Kini setidaknya ia bisa menjadi pelatih idola yang tak hanya jago berteori tapi telah membuktikan karirnya terlebih dahulu.