Ketika Semangat Memuliakan Sungai Jadi Festival
Gempita Fiesta Bokor Riviera
Laporan PURNIMASARI, Bokor
purnimasari@riaupos.com
Riau adalah negeri sungai. Di provinsi ini, mengalir sungai-sungai besar dengan sejumlah cabang atau anak sungai. Ada lima sungai besar yang semuanya bisa dilayari. Yaitu Sungai Rokan dengan panjang 260 Km dan kedalaman enam meter. Sungai Siak panjangnya 200 Km dengan kedalaman 6-12 meter. Sungai Inderagiri (di hilir) dan Kuantan (di hulu) panjangnya 250 Km dengan kedalaman 6-12 meter. Sungai Kampar panjangnya 325 Km dengan kedalaman enam meter dan Sungai Gangsal dengan panjang 100 Km dengan kedalaman 6-8 meter. Sebagai manusia perairan (maritim), sungai adalah denyut nadi puak Melayu. Kini, semangat memuliakan sungai itu dikemas kini dalam gemuruh sebuah festival.
Perhatikanlah perumpaan Melayu yang berbunyi ‘’bagaikan aur dengan tebing’’. Medan makna perumpaan itu melukiskan betapa eratnya kesatuan antara aur dengan tebing. Aur memerlukan tebing tempat tumbuh, tapi tebing jadi selamat (tidak runtuh) karena ada aur. Ungkapan ini memberi pelajaran metaforik. Dari perumpamaan itu dapat diketahui, orang Melayu punya kebiasaan yang baik menjaga tebing sungai. Mereka telah lama menyadari betapa besar bahayanya kalau tebing sungai runtuh. Puak Melayu juga punya kebiasaan menanam sagu sehingga ladang mereka dapat cadangan simpanan air ketika musim kemarau karena rumbia bisa menyimpan air.
Azam merawat sungai itu kini coba digempitakan lewat sebuah festival bertajuk Fiesta Bokor Riviera 2011. Menurut Ketua Dewan Kesenian Daerah Meranti, Suryadi, cerita bermula ketika DKD Meranti mengajak Sanggar Bathin Galang untuk tampil di Kenduri Seni di Batam pada 11 November 2010. Ketika itu, sanggar asal Desa Bokor ini dinilai mampu mengangkat nama Meranti dengan membawakan lagu "Marwah Meranti" dan tari "olah sagu". Dalam bual-bual di Batam seusai helat itu, Ketua Sanggar Bathin Galang, Sopandi SSos, menawarkan usul agar acara serupa juga bisa diadakan di Bokor.
"Ketika rencana itu disampaikan ke pemuka masyarakat dan pemuda di Bokor, ternyata mereka mendukung. Ini juga sangat bagus karena bisa menghidupkan kampung dan orang tak hanya fokus ke Selatpanjang. Meranti ini kan baru dimekarkan, cara pikir kadang berbeda. Kalau kita fokus hanya mengadakan acara di Selatpanjang, apa Meranti hanya Selatpanjang? Padahal di sini ada lima kecamatan. Jika Fiesta Bokor Riviera ini insya Allah berhasil, program ini bisa digilir ke kampung-kampung yang lain," ujar Suryadi tentang helat yang memiliki tagline (cogan) "Menghulu Bokor, Muliakan Nilai" tersebut.
Sebelumnya, lanjut Suryadi, mereka juga telah mensurvei beberapa lokasi yang bisa dicadangkan untuk membuat kegiatan di Meranti. Ternyata, dari semua tempat yang sudah dilihat, Bokor adalah yang paling bisa diandalkan. Ditambah lagi pola pikir masyarakatnya yang sudah agak lebih maju dan juga bersih. Kegiatan berkesenian dan olahraga juga marak dilakukan di desa ini. Karena kata-kata seperti festival dan pesta sudah cukup banyak digunakan, nama helat ini akhirnya dipilih menggunakan kata fiesta dan riviera. Fiesta berasal dari bahasa Latin yang artinya perayaaan atau pesta. Riviera adalah bahasa Latin yang merujuk pada tempat-tempat di garis sepanjang pantai atau daerah-daerah pesisir.
Ransang adalah pulau yang unik di Kepulauan Meranti. Jika Merbau dijuluki tanah tua, maka Ransang adalah tanah embun di negeri fajar tersebut. Kalau di Pulau Tebing Tinggi kita banyak menemukan ikon negeri itu yakni sagu, di Ransang tak hanya ada rumbia, tapi lebih dari itu. Di Ransang, kita merasakan nafas Meranti yang berbeda.
Sebenarnya, ada 15 desa di Kecamatan Ransang Barat. Yaitu Bantar, Anak Setatah, Segomeng, Sialang Pasung, Telaga Baru, Lemang, Bina Maju, Sungai Cina, Melai, Kedabu Rapat, Tanah Merah, Sendaur, Kayu Ara, Sonde dan Bokor. Dari 15 desa ini, Bokor adalah desa yang paling besar dengan jumlah penduduk kurang lebih 3.000 orang. Selain diambil dari nama sungai, bokor juga adalah nama untuk sejenis mangkuk raja-raja dalam konteks pebatinan. Menurut cerita orang tua-tua, kampung-kampung tua di Bokor seperti Kampung Lentuk, Tebing Besar, Tebing Perambut dan Tanjung Istana/Tebing Raja, dahulunya adalah tempat peristirahatan raja.
Bokor pernah meraih Juara I Lomba Desa Tingkat Kabupaten Bengkalis (ketika masih jadi wilayah Bengkalis) dan juga Juara I lomba yang sama untuk tingkat Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2010. Para penduduknya, khususnya di Dusun Tanah Kuning terkenal terampil membuat berbagai perkakas dan kerajinan tangan dari rotan, bambu, daun pandan, daun nipah dan lain-lain dengan kualitas yang cukup halus. Dia antaranya ada tikar, berbagai jenis rage (keranjang), kajang untuk perahu, lukah, dayung, ayak sagu dan berbagai jenis tudung saji. Hasil-hasil kerajinan ini biasanya dijual di Selatpanjang. Orang Bokor juga punya gairah merantau. Salah satu penyebab bagusnya infrastruktur di Bokor juga adalah buah kepedulian anak jati negeri itu terhadap pembangunan di kampung halamannya. Menurut penghulu Bokor, Iriyanto Abdullah, hasil-hasil alam tempatan seperti kopi dan kopra dijual ke Malaysia.
Karena sungai dan lautnya masih terpelihara, kuliner ikan di Bokor juga sangat beragam dan lezat. Sebab ikannya masih segar, hingga terasa gurih meski dengan bumbu minimalis. Ada ikan lomek, sembilang, siakap, jumpol, pari, patin laut, belut, gelame, udang, ganap, tembakul, senyumpet, senyolung, lepou, buntal, hingga buah tanah (hewan semacam lokan tapi berekor yang hidup di lumpur bakau). Ketika sampai ke Bokor, Riau Pos sempat mencoba masakan lomek pindang serani ditambah ikan siakap dan kurau asam pedas plus pucuk ubi pakai sambal cabai hijau dengan belacan. Rasanya benar-benar juara dan membuat kita meleleh.
Selain itu, kebun-kebun kopi yang ada di desa-desa sekitar Bokor juga tak kalah unik. Untuk hal ini, ada cerita yang menarik. Binatang yang disebut musang, sebenarnya jadi musuh ternak ayam. Tapi binatang ini tak pernah diberantas puak Melayu sampai punah. Meski musang bisa mengancam ternak, tapi ada perannya terhadap kelestarian lingkungan. Musang suka makan buah-buahan, di antaranya kopi dan enau. Setelah makan, bijinya akan tersebar di mana-mana dan siap tumbuh di tempat itu sesuai dengan di mana binatang ini berak. Karena itulah, jarang puak Melayu menanam buah-buahan dengan sengaja.
Kopi yang telah dimakan musang (Paradoxurus hermaphrodites) itulah kini yang sebenarnya dikenal dengan nama kopi luwak. Luwak adalah sebutan untuk musang dalam bahasa Jawa. Kopi luwak, dalam beberapa tahun terakhir telah begitu terkenal karena diburu orang hingga harganya meroket.
Merujuk pada Wikipedia, musang, luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang dan garangan (Viverridae). Di Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Sebutan lainnya adalah careuh (Sunda). Hewan nocturnal (aktif di malam hari untuk mencari makanan dan aktivitas hidup lainnya) ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering makan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan. Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras, seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan aneka biji-bijian yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan musang begitu singkat dan sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu pulalah, konon musang memilih buah yang betul-betul masak untuk jadi santapannya. Maka terkenal lah istilah kopi luwak yang menurut ceritera dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil pilihan musang dan telah mengalami ‘proses’ melalui pencernaannya.
Akan tetapi sesungguhnya, masih menurut Wikipedia, ada implikasi ekologis yang penting dari kebiasaan musang tersebut. Jenis-jenis musang dikenal sebagai pemencar biji yang baik dan sangat penting peranannya dalam ekosistem hutan. Inilah sebenarnya jawaban logis dari kebiasaan puak Melayu yang tak pernah memberantas musang hingga punah. Jadi, jauh sebelum orang tergila-gila pada kopi musang di gerai-gerai kopi kelas dunia seperti Starbucks, nenek moyang Melayu bahkan sudah minum kopi musang sejak dahulu. Karena itulah kini, penghulu Desa Kedabu Rapat, Ransang Barat memutuskan untuk promosi kopi luwak ke Disperindag Meranti.
Fiesta Bokor Riviera insya Allah akan diadakan pada 16-18 Juli 2011 mendatang. Saat itu diperkirakan pas air pasang malam dan musim buah-buahan. Menurut ketua pelaksana Fiesta Bokor Riviera, Sopandi SSos, selain sosialisasi ke masyarakat, mereka kini sedang mensurvei rumah-rumah penduduk yang bisa dijadikan tempat menginap (home stay). Di samping juga survei ke tempat-tempat yang bisa dijadikan obyek wisata seperti kebun durian tua di hulu sungai, keindahan hutan bakau (mangrove) dan makam-makam lama. Yang tak kalah penting juga menjajaki kuliner tempatan yang bisa disuguhkan nantinya seperti putu piring yang dibungkus daun pisang, kepurun (makanan dari sagu), lempeng sagu, asam paye, dan lain sebagainya. Termasuk mensurvei kerajinan yang nantinya bisa dijadikan buah tangan.
"Kini kami tengah mengerjakan klip video untuk jingle Fiesta Bokor Riviera. Nanti klip ini bisa diputar di sela-sela film P Ramlee di speedboat dari Batam dan Pekanbaru tujuan Selatpanjang dan sebaliknya," ujar anak jati Bokor ini. Pandi, sapaan akrabnya, juga gencar mempromosikan helat Fiesta Bokor Riviera di jejaring sosial, facebook. Agenda Fiesta Bokor Riviera sendiri rencananya akan diisi oleh tari-tarian, puisi, teater, lomba lukis anak tingkat TK, SD, SMP dengan tema Sungai Bokor, workshop musik dan seminar, wisata sungai dengan naik sampan, safari night dan pesta buah.
Untuk penampilan sanggarnya, peneraju Sanggar Bathin Galang ini bersama grupnya tengah mempersiapkan komposisi musik perpaduan antara musik tradisi seperti nafiri, kompang, marwas, bebano, tamborin dipadu dengan buluh/bambu 4 buah dengan panjang 2,5 meter dan ditambah akordion serta mandolin dalam durasi musik 20 menit.
"Sanggar Tari Bathin Galang juga sedang mempersiapkan tari untuk acara pembukaan Fiesta Bokor Riviera. Latihan dilakukan tiga kali seminggu selepas Isya. Ahad kami gunakan untuk survei. Rencana akan ada lima hingga tujuh pentas di alam terbuka yang disebar di berbagai tempat di Bokor. Nanti, para pengunjung akan menginap di rumah-rumah penduduk," tutur Pandi yang bersama sanggarnya pernah tampil di Parade Lagu 2009 dan Parade Tari 2010 di Pekanbaru.
Budayawan Yusmar Yusuf menilai, Bokor punya dorongan untuk maju, menjadi bunga Melayu yang lain. Dengan menjaga kemolekan kampungnya, penduduk Bokor telah bersedekah mata dan hati untuk orang lain. Inilah bukti tetak tangan orang-orang terdahulu yang perbuatannya bertolak dari pangkal hati. "Orang kampung mungkin memandang itu semak, orang tahu moleknya kampung dari pandangan orang kota. Kini saatnya berkongsi hati dan pikiran. Awal untuk berubah adalah tidak alergi dengan perjumpaan dan persemendaan. Inilah nukilan sejarah yang harus diberi laluan. Sebab itu Fiesta Bokor Riviera harus tampil menawan karena ia dikerjakan dengan akal budi, dari pelantar hari. Bokor bisa jadi salah satu serambi Meranti dan semoga ia bisa jadi buah cerita," tutur Guru Besar Fisipol Universitas Riau itu.
Sementara itu, Wakil Bupati Meranti, Masrul Kasmy juga mendukung Fiesta Bokor Riviera. Menurut mantan Camat Tebing Tinggi ini, Bokor adalah sebuah daerah yang cukup potensial di Negeri Sagu. Karena itu, semua potensi yang ada di Bokor dan sekitarnya harus bisa ditingkatkan sehingga ketika nanti acara ini berlangsung, masyarakat tempatan bisa mendapat banyak faedah. ‘’Salah satunya dengan meningkatkan kualitas kerajinan tangan masyarakat sehingga bisa jadi buah tangan untuk pengunjung. Dalam waktu dekat kita berencana datang ke Bokor untuk melihat sejauhmana persiapan yang sudah dilakukan,’’ ujar Masrul.
Untuk memelihara kekayaan alam lingkungan sebagai rahmat Tuhan dan pangkal kebutuhan hidup, cendekiawan Melayu zaman bahari telah berpesan kepada pewaris budaya Melayu dalam rangkai kata bersayap:
Berita Terkini @2011
Gempita Fiesta Bokor Riviera
Laporan PURNIMASARI, Bokor
purnimasari@riaupos.com
Riau adalah negeri sungai. Di provinsi ini, mengalir sungai-sungai besar dengan sejumlah cabang atau anak sungai. Ada lima sungai besar yang semuanya bisa dilayari. Yaitu Sungai Rokan dengan panjang 260 Km dan kedalaman enam meter. Sungai Siak panjangnya 200 Km dengan kedalaman 6-12 meter. Sungai Inderagiri (di hilir) dan Kuantan (di hulu) panjangnya 250 Km dengan kedalaman 6-12 meter. Sungai Kampar panjangnya 325 Km dengan kedalaman enam meter dan Sungai Gangsal dengan panjang 100 Km dengan kedalaman 6-8 meter. Sebagai manusia perairan (maritim), sungai adalah denyut nadi puak Melayu. Kini, semangat memuliakan sungai itu dikemas kini dalam gemuruh sebuah festival.
Perhatikanlah perumpaan Melayu yang berbunyi ‘’bagaikan aur dengan tebing’’. Medan makna perumpaan itu melukiskan betapa eratnya kesatuan antara aur dengan tebing. Aur memerlukan tebing tempat tumbuh, tapi tebing jadi selamat (tidak runtuh) karena ada aur. Ungkapan ini memberi pelajaran metaforik. Dari perumpamaan itu dapat diketahui, orang Melayu punya kebiasaan yang baik menjaga tebing sungai. Mereka telah lama menyadari betapa besar bahayanya kalau tebing sungai runtuh. Puak Melayu juga punya kebiasaan menanam sagu sehingga ladang mereka dapat cadangan simpanan air ketika musim kemarau karena rumbia bisa menyimpan air.
Azam merawat sungai itu kini coba digempitakan lewat sebuah festival bertajuk Fiesta Bokor Riviera 2011. Menurut Ketua Dewan Kesenian Daerah Meranti, Suryadi, cerita bermula ketika DKD Meranti mengajak Sanggar Bathin Galang untuk tampil di Kenduri Seni di Batam pada 11 November 2010. Ketika itu, sanggar asal Desa Bokor ini dinilai mampu mengangkat nama Meranti dengan membawakan lagu "Marwah Meranti" dan tari "olah sagu". Dalam bual-bual di Batam seusai helat itu, Ketua Sanggar Bathin Galang, Sopandi SSos, menawarkan usul agar acara serupa juga bisa diadakan di Bokor.
"Ketika rencana itu disampaikan ke pemuka masyarakat dan pemuda di Bokor, ternyata mereka mendukung. Ini juga sangat bagus karena bisa menghidupkan kampung dan orang tak hanya fokus ke Selatpanjang. Meranti ini kan baru dimekarkan, cara pikir kadang berbeda. Kalau kita fokus hanya mengadakan acara di Selatpanjang, apa Meranti hanya Selatpanjang? Padahal di sini ada lima kecamatan. Jika Fiesta Bokor Riviera ini insya Allah berhasil, program ini bisa digilir ke kampung-kampung yang lain," ujar Suryadi tentang helat yang memiliki tagline (cogan) "Menghulu Bokor, Muliakan Nilai" tersebut.
Sebelumnya, lanjut Suryadi, mereka juga telah mensurvei beberapa lokasi yang bisa dicadangkan untuk membuat kegiatan di Meranti. Ternyata, dari semua tempat yang sudah dilihat, Bokor adalah yang paling bisa diandalkan. Ditambah lagi pola pikir masyarakatnya yang sudah agak lebih maju dan juga bersih. Kegiatan berkesenian dan olahraga juga marak dilakukan di desa ini. Karena kata-kata seperti festival dan pesta sudah cukup banyak digunakan, nama helat ini akhirnya dipilih menggunakan kata fiesta dan riviera. Fiesta berasal dari bahasa Latin yang artinya perayaaan atau pesta. Riviera adalah bahasa Latin yang merujuk pada tempat-tempat di garis sepanjang pantai atau daerah-daerah pesisir.
Bokor nan Eksotik
Ransang adalah pulau yang unik di Kepulauan Meranti. Jika Merbau dijuluki tanah tua, maka Ransang adalah tanah embun di negeri fajar tersebut. Kalau di Pulau Tebing Tinggi kita banyak menemukan ikon negeri itu yakni sagu, di Ransang tak hanya ada rumbia, tapi lebih dari itu. Di Ransang, kita merasakan nafas Meranti yang berbeda.
Sebenarnya, ada 15 desa di Kecamatan Ransang Barat. Yaitu Bantar, Anak Setatah, Segomeng, Sialang Pasung, Telaga Baru, Lemang, Bina Maju, Sungai Cina, Melai, Kedabu Rapat, Tanah Merah, Sendaur, Kayu Ara, Sonde dan Bokor. Dari 15 desa ini, Bokor adalah desa yang paling besar dengan jumlah penduduk kurang lebih 3.000 orang. Selain diambil dari nama sungai, bokor juga adalah nama untuk sejenis mangkuk raja-raja dalam konteks pebatinan. Menurut cerita orang tua-tua, kampung-kampung tua di Bokor seperti Kampung Lentuk, Tebing Besar, Tebing Perambut dan Tanjung Istana/Tebing Raja, dahulunya adalah tempat peristirahatan raja.
Bokor pernah meraih Juara I Lomba Desa Tingkat Kabupaten Bengkalis (ketika masih jadi wilayah Bengkalis) dan juga Juara I lomba yang sama untuk tingkat Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2010. Para penduduknya, khususnya di Dusun Tanah Kuning terkenal terampil membuat berbagai perkakas dan kerajinan tangan dari rotan, bambu, daun pandan, daun nipah dan lain-lain dengan kualitas yang cukup halus. Dia antaranya ada tikar, berbagai jenis rage (keranjang), kajang untuk perahu, lukah, dayung, ayak sagu dan berbagai jenis tudung saji. Hasil-hasil kerajinan ini biasanya dijual di Selatpanjang. Orang Bokor juga punya gairah merantau. Salah satu penyebab bagusnya infrastruktur di Bokor juga adalah buah kepedulian anak jati negeri itu terhadap pembangunan di kampung halamannya. Menurut penghulu Bokor, Iriyanto Abdullah, hasil-hasil alam tempatan seperti kopi dan kopra dijual ke Malaysia.
Karena sungai dan lautnya masih terpelihara, kuliner ikan di Bokor juga sangat beragam dan lezat. Sebab ikannya masih segar, hingga terasa gurih meski dengan bumbu minimalis. Ada ikan lomek, sembilang, siakap, jumpol, pari, patin laut, belut, gelame, udang, ganap, tembakul, senyumpet, senyolung, lepou, buntal, hingga buah tanah (hewan semacam lokan tapi berekor yang hidup di lumpur bakau). Ketika sampai ke Bokor, Riau Pos sempat mencoba masakan lomek pindang serani ditambah ikan siakap dan kurau asam pedas plus pucuk ubi pakai sambal cabai hijau dengan belacan. Rasanya benar-benar juara dan membuat kita meleleh.
Selain itu, kebun-kebun kopi yang ada di desa-desa sekitar Bokor juga tak kalah unik. Untuk hal ini, ada cerita yang menarik. Binatang yang disebut musang, sebenarnya jadi musuh ternak ayam. Tapi binatang ini tak pernah diberantas puak Melayu sampai punah. Meski musang bisa mengancam ternak, tapi ada perannya terhadap kelestarian lingkungan. Musang suka makan buah-buahan, di antaranya kopi dan enau. Setelah makan, bijinya akan tersebar di mana-mana dan siap tumbuh di tempat itu sesuai dengan di mana binatang ini berak. Karena itulah, jarang puak Melayu menanam buah-buahan dengan sengaja.
Kopi yang telah dimakan musang (Paradoxurus hermaphrodites) itulah kini yang sebenarnya dikenal dengan nama kopi luwak. Luwak adalah sebutan untuk musang dalam bahasa Jawa. Kopi luwak, dalam beberapa tahun terakhir telah begitu terkenal karena diburu orang hingga harganya meroket.
Merujuk pada Wikipedia, musang, luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang dan garangan (Viverridae). Di Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Sebutan lainnya adalah careuh (Sunda). Hewan nocturnal (aktif di malam hari untuk mencari makanan dan aktivitas hidup lainnya) ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering makan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan. Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras, seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan aneka biji-bijian yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan musang begitu singkat dan sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu pulalah, konon musang memilih buah yang betul-betul masak untuk jadi santapannya. Maka terkenal lah istilah kopi luwak yang menurut ceritera dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil pilihan musang dan telah mengalami ‘proses’ melalui pencernaannya.
Akan tetapi sesungguhnya, masih menurut Wikipedia, ada implikasi ekologis yang penting dari kebiasaan musang tersebut. Jenis-jenis musang dikenal sebagai pemencar biji yang baik dan sangat penting peranannya dalam ekosistem hutan. Inilah sebenarnya jawaban logis dari kebiasaan puak Melayu yang tak pernah memberantas musang hingga punah. Jadi, jauh sebelum orang tergila-gila pada kopi musang di gerai-gerai kopi kelas dunia seperti Starbucks, nenek moyang Melayu bahkan sudah minum kopi musang sejak dahulu. Karena itulah kini, penghulu Desa Kedabu Rapat, Ransang Barat memutuskan untuk promosi kopi luwak ke Disperindag Meranti.
Pesta di Musim Buah
Fiesta Bokor Riviera insya Allah akan diadakan pada 16-18 Juli 2011 mendatang. Saat itu diperkirakan pas air pasang malam dan musim buah-buahan. Menurut ketua pelaksana Fiesta Bokor Riviera, Sopandi SSos, selain sosialisasi ke masyarakat, mereka kini sedang mensurvei rumah-rumah penduduk yang bisa dijadikan tempat menginap (home stay). Di samping juga survei ke tempat-tempat yang bisa dijadikan obyek wisata seperti kebun durian tua di hulu sungai, keindahan hutan bakau (mangrove) dan makam-makam lama. Yang tak kalah penting juga menjajaki kuliner tempatan yang bisa disuguhkan nantinya seperti putu piring yang dibungkus daun pisang, kepurun (makanan dari sagu), lempeng sagu, asam paye, dan lain sebagainya. Termasuk mensurvei kerajinan yang nantinya bisa dijadikan buah tangan.
"Kini kami tengah mengerjakan klip video untuk jingle Fiesta Bokor Riviera. Nanti klip ini bisa diputar di sela-sela film P Ramlee di speedboat dari Batam dan Pekanbaru tujuan Selatpanjang dan sebaliknya," ujar anak jati Bokor ini. Pandi, sapaan akrabnya, juga gencar mempromosikan helat Fiesta Bokor Riviera di jejaring sosial, facebook. Agenda Fiesta Bokor Riviera sendiri rencananya akan diisi oleh tari-tarian, puisi, teater, lomba lukis anak tingkat TK, SD, SMP dengan tema Sungai Bokor, workshop musik dan seminar, wisata sungai dengan naik sampan, safari night dan pesta buah.
Untuk penampilan sanggarnya, peneraju Sanggar Bathin Galang ini bersama grupnya tengah mempersiapkan komposisi musik perpaduan antara musik tradisi seperti nafiri, kompang, marwas, bebano, tamborin dipadu dengan buluh/bambu 4 buah dengan panjang 2,5 meter dan ditambah akordion serta mandolin dalam durasi musik 20 menit.
"Sanggar Tari Bathin Galang juga sedang mempersiapkan tari untuk acara pembukaan Fiesta Bokor Riviera. Latihan dilakukan tiga kali seminggu selepas Isya. Ahad kami gunakan untuk survei. Rencana akan ada lima hingga tujuh pentas di alam terbuka yang disebar di berbagai tempat di Bokor. Nanti, para pengunjung akan menginap di rumah-rumah penduduk," tutur Pandi yang bersama sanggarnya pernah tampil di Parade Lagu 2009 dan Parade Tari 2010 di Pekanbaru.
Budayawan Yusmar Yusuf menilai, Bokor punya dorongan untuk maju, menjadi bunga Melayu yang lain. Dengan menjaga kemolekan kampungnya, penduduk Bokor telah bersedekah mata dan hati untuk orang lain. Inilah bukti tetak tangan orang-orang terdahulu yang perbuatannya bertolak dari pangkal hati. "Orang kampung mungkin memandang itu semak, orang tahu moleknya kampung dari pandangan orang kota. Kini saatnya berkongsi hati dan pikiran. Awal untuk berubah adalah tidak alergi dengan perjumpaan dan persemendaan. Inilah nukilan sejarah yang harus diberi laluan. Sebab itu Fiesta Bokor Riviera harus tampil menawan karena ia dikerjakan dengan akal budi, dari pelantar hari. Bokor bisa jadi salah satu serambi Meranti dan semoga ia bisa jadi buah cerita," tutur Guru Besar Fisipol Universitas Riau itu.
Sementara itu, Wakil Bupati Meranti, Masrul Kasmy juga mendukung Fiesta Bokor Riviera. Menurut mantan Camat Tebing Tinggi ini, Bokor adalah sebuah daerah yang cukup potensial di Negeri Sagu. Karena itu, semua potensi yang ada di Bokor dan sekitarnya harus bisa ditingkatkan sehingga ketika nanti acara ini berlangsung, masyarakat tempatan bisa mendapat banyak faedah. ‘’Salah satunya dengan meningkatkan kualitas kerajinan tangan masyarakat sehingga bisa jadi buah tangan untuk pengunjung. Dalam waktu dekat kita berencana datang ke Bokor untuk melihat sejauhmana persiapan yang sudah dilakukan,’’ ujar Masrul.
Untuk memelihara kekayaan alam lingkungan sebagai rahmat Tuhan dan pangkal kebutuhan hidup, cendekiawan Melayu zaman bahari telah berpesan kepada pewaris budaya Melayu dalam rangkai kata bersayap:
Kalau hidup hendak selamat
Peliharalah laut dengan selat
Peliharalah tanah berhutan lebat
Di situlah terkandung rezeki dan rahmat
Di situlah terkandung tamsil ibarat
Di situlah terkandung aneka nikmat.***
Berita Terkini @2011
0 Response to "Gempita Fiesta Bokor Riviera"