Latest News

Buku Eden in The East

BANYAK orang yang tidak mengetahui kalau Sunda dulunya merupakan sebuah kepulauan yang sangat besar. Masyarakat sekarang hanya mengetahui Sunda itu hanya sebuah suku terbesar kedua di Indonesia.

Buku Eden in The East karya Dr. Stephen Oppenheimer membahas tentang pengaruh naiknya ketinggian permukaan air laut di Asia Tenggara (Sundaland), dan peradaban umat manusia di dunia khususnya ke Eurosia, juga sejarah awal induk perdaban umat manusia (berdasarkan genetika) di Asia Tenggara.

Bahkan tokoh lainnya, seperti Frank Joseph Hoff, mengacu pada buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found yang ditulis Arisyo Nunes des Santos, berpendapat bahwa Atlantis yang sesungguhnya tidak berada di Eropa, melainkan di wilayah Nusantara atau Indonesia.

Santos berpendapat bahwa meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan tergambarkan pada wilayah Indonesia (dulu). Letusan gunung api yang dimaksud di antaranya letusan Gunung Meru di India Selatan, letusan gunung berapi di Sumatra yang membentuk Danau Toba, dan letusan Gunung Semeru/Mahameru di Jawa Timur. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah letusan Gunung Tambora di Sumbawa yang memecah bagian-bagian pulau di Nusa Tenggara dan Gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatra dan Jawa membentuk Selat Sunda (catatan: tulisan Santos ini perlu diklarifikasi dan untuk sementara dikutip di sini sebagai apa yang diketahui Santos).

Tulisan para tokoh ini bukan tanpa dasar. Mereka melakukan riset tentang kebudayaan Indonesia. Mereka berpendapat salah satu peradaban yang ada dunia yakni peradaban di tanah Sunda. Mengingat di daerah Sunda pernah berdiri Kerajaan Tarumanegara yang merupakan kerajaan pertama di Indonesia.

Nilai historis peradaban dan kebudayaan Sunda semakin menguat dengan ditemukannya sejumlah situs, seperti Situs Batujaya di Kab. Karawang. Di situs ini banyak ditemukan candi yang disebut-sebut candi tertua di Indonesia dan diperkirakan abad ke-2 dan ke-3. Tidak hanya itu, di Kabupaten Cianjur ditemukan situs megalitukum Gunung Padang. Di tempat ini ditemukan peninggalan yang menjadi bukti bahwa kawasan ini merupakan tempat aktivitas manusia di zaman purba. Di situs ini terdapat batu-batu besar yang disusun rapi dan digunakan sebagai tempat persembahan. Ada pula batu-batu yang jika dipukul menghasilkan suara mirip alat musik dan permainan. Terakhir, ditemukan prasasti di daerah aliran Sungai Cikapundung Bandung, beberapa waktu lalu. Penemuan-penamuan benda purbakala ini mengisyaratkan bahwa peradaban Sunda pada masa itu sudah terbilang tinggi. Namun, kurangnya riset tentang sejarah Sunda, membuat rantai sejarah Sunda masa lalu seakan terputus. Penemuan benda-benda purbakala di tanah Sunda, seakan membuka mata para peneliti untuk mengeksplorasi kebudayaan dan pradaban Sunda yang belum tersingkap.

Tingginya keingintahuan para ahli asing meneliti peradaban kebudayaan Sunda ternyata membuat masyarakat Sunda terhenyak. Ini tak heran, karena sebagian besar masyarakat Sunda, terutama kalangan generasi mudanya kurang mengetahui peradaban Sunda. Apalagi yang disebut dengan Sundaland. Paparan Sunda, atau ketika laut surut pada Kala Pleistosen Akhir menjadi daratan luas disebut dalam dunia ilmiah geologi internasional sebagai Sundaland atau Benua Atlantis yang hilang. Sebab, Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Kebudayaan dan peradaban Sunda masa lalu seperti tergerus kemajuan zaman.

Untuk menemukan kembali rantai sejarah yang pernah terputus, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar menggelar konferensi internasional tentang Sundaland atau Benua Atlantis, bertajuk "Reinventing Sunda in Strengthening The National Cultre and Promoting Cultural Diversity, International Conference on Nature, Philosophy, and Culture of Ancient Sunda Civilization (International Conference on Sundanese Culture)". Konferensi internasional ini digelar di Hotel Salak Bogor, 25-27 November 2010. Para pembicara asing seperti Dr. Stephen Oppenheimer dan Dr. Frank Joseph Hoff akan hadir. Selain itu juga hadir pembicara dari dalam negeri, seperti Dr. Hasan Djafar, Dr. Adjat Sudrajat, Dr. Agus Aris Munandar, Prof. Dr. Arief Rahman, dan sebagainya. Diharapkan dari konferensi ini, Sundaland yang dulu hilang bisa ditemukan lagi, sekalipun dalam taraf wacana.

0 Response to "Buku Eden in The East"

BertuahPos.Com